Kapolres Mabar Pimpin Apel Gelar Pasukan Siaga Bencana di Labuan Bajo
Tribratanewsmanggaraibarat.com-Labuan Bajo - Bencana adalah peristiwa atau serangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.
Berdasarkan data kajian risiko bencana tahun 2019-2023 dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Manggarai Barat, ada 9 potensi bencana yakni bahaya banjir, bahaya banjir bandang, bahaya gempa bumi, bahaya tsunami, bahaya tanah longsor, bahaya gelombang ekstrim dan abrasi, bahaya cuaca ekstrim, bahaya kekeringan, serta bahaya kebakaran hutan dan lahan.
Dalam menghadapi terjadinya bencana tersebut, Kepolisian Resor (Polres) Manggarai Barat bersama TNI dan instansi terkait melaksanakan apel gelar pasukan dalam rangka siaga bencana tahun 2024 bertempat di lapangan apel Mapolres setempat, Kamis (04/01/2024) pagi.
"Sebagaimana yang kita ketahui bersama bahwa Kabupaten Manggarai Barat termasuk wilayah yang rawan bencana, baik itu banjir, tanah longsor, angin kencang maupun kebakaran. Hampir tiap tahun bencana ini melanda wilayah kita ini," kata Kapolres Mabar, AKBP Ari Satmoko, S.H., S.I.K., M.M. saat memimpin apel gelar pasukan.
Ada beberapa bencana yang masih selalu kita ingat karena banyak menimbulkan kerugian materil ataupun korban jiwa salah satu contoh pada bulan November tahun 2018 di Kampung Terang, Desa Golo Sepang, Kecamatan Boleng.
"Pada tahun 2018, bencana angin puting beliung melanda Kampung Terang yang mengakibatkan 115 rumah tertimpa musibah, diantaranya 47 unit rumah warga mengalami rusak berat (rata dengan tanah), 68 unit rusak ringan termasuk 1 unit asrama Polisi, 1 unit Pos Babinsa dan 2 unit penggilingan padi milik warga," ungkapnya.
Tak hanya itu, pada bulan Maret tahun 2019, bencana kembali melanda Kabupaten Manggarai Barat yakni terjadinya tanah longsor di Desa Tondong Belang, Kecamatan Mbeliling.
"Kejadian tanah longsor tersebut telah merenggut nyawa 8 orang warga dan 3 orang terluka serta 3 unit rumah rusak berat," jelas Kapolres Mabar.
Selain bencana angin puting beliung dan tanah longsor, bencana banjir juga pernah melanda sebagian wilayah Kabupaten Manggarai Barat dikarenakan meluapnya Sungai Wae Mese akibat intensitas hujan yang tinggi di wilayah tersebut.
"Bencana banjir besar terjadi pada tahun 2019 yang merendam rumah warga yaitu di Kampung Marombok, Kampung Gorontalo, Kampung Nanganae dan masih banyak bencana-bencana yang lainnya yang harus kita antisipasi bersama," ujarnya.
Lebih lanjut, Kapolres Mabar juga mengingatkan pentingnya koordinasi dan kolaborasi di dalam upaya penanggulangan bencana. Tugas penanganan bencana merupakan tugas mulia yang tidak hanya melekat pada TNI-Polri namun juga ada Instansi terkait lain.
"Disinilah perlunya sinergitas dan soliditas dengan Instansi terkait lain untuk mencapai tugas bersama dalam penanganan bencana alam," tutur Mantan Kapolres Alor itu.
"Adapun tujuan Apel siaga bencana ini yaitu membangun kewaspadaan dan kesiapsiagaan bersama, memastikan ketersediaan dan kesiapan peralatan, meningkatkan koordinasi maupun kolaborasi serta memastikan aktifnya Pos Komando Tanggap Darurat," tambahnya.
Terakhir, Alumni Akpol angkatan 2004 itu juga mengimbau kepada seluruh masyarakat Manggarai Barat untuk selalu waspada dan menjaga keselamatan sebagai berikut :
1). Menghindari / Mengurangi aktivitas di luar (berkendara di jalan raya / melakukan perjalanan laut / berlayar) apabila cuaca hujan dan atau angin kencang.
2). Saat berwisata air, selalu menggunakan pelampung.
3). Saat di perjalanan mengalami cuaca hujan, upayakan berlindung di tempat yang aman. Hindari berlindung di bawah pohon karena rawan akan tumbang dan petir.
4). Hindari melewati jalanan rawan banjir.
5). Selalu update prakiraan cuaca baik darat, laut maupun udara.
6). Bersama giatkan gotong royong untuk menjaga kebersihan lingkungan.
7). Bersihkan parit, selokan, saluran air dari sampah agar aliran air lancar untuk mencegah genangan air / banjir.
8). Perkuat dinding tebing dengan menanam pepohonan yang menyerap air dan membuat tembok dengan saluran air untuk menghindari longsor.
Selain itu, ketika bepergian dalam waktu panjang, masyarakat diminta untuk waspada jika meninggalkan rumah. Terlebih dalam keadaan kosong. Misalnya dengan melepas regulator dengan tabung gas, memastikan tidak ada sumber potensi korsleting listrik serta hal lainnya yang bisa menyebabkan bencana.
"Waspada, kalau keluar rumah, apalagi dalam jangka waktu yang lama. Pastikan keran air sudah ditutup, kompor gas dalam keadaan aman, serta alat-alat listrik dalam keadaan yang aman untuk ditinggal," pungkasnya.**#