Polisi Bantah Terima Uang Biaya Otopsi Dari Keluarga Korban Pembunuhan

Tribratanewsmanggaraibarat.com-Labuan Bajo - Kasat Reskrim Polres Manggarai Barat, AKP Lufthi Darmawan Aditya, S.T.K., S.I.K., M.H. membantah isu ada anggota Polri yang menerima uang senilai Rp 10 juta dalam penanganan kasus pembunuhan SME (22) di Desa Nggilat, Kecamatan Macang Pacar, Manggarai Barat, NTT.
"Hal tersebut tidak benar dan tidak pernah ada anggota Polri yang menerima ataupun meminta uang terkait biaya otopsi jenazah almarhumah kepada pihak keluarga," kata Kasat Reskrim saat dikonfirmasi pada Kamis (27/2/2025) malam.
Kasat Reskrim menuturkan, sudah ada anggaran yang diberikan oleh negara untuk otopsi korban meninggal dunia dan dibutuhkan penanganan hukum.
Anggaran itu, berdasarkan Pasal 136 dan 229 KUHAP serta Pasal 125 Undang-Undang Kesehatan, pembiayaan otopsi untuk penyidikan kepolisian sepenuhnya ditanggung oleh APBN.
"Apabila otopsi dilakukan untuk mencari bukti guna mendukung proses penyelidikan, bisa menggunakan anggaran lidik dan sidik yang ada di kepolisian," tuturnya.
Menurutnya, biaya otopsi tidak bisa dibebankan kepada pihak keluarga karena masih dalam penyelidikan.
"Untuk pemeriksaan itu ada anggarannya. Misalnya saat kita memeriksa ahli itu pun ada anggarannya, mulai dari koordinasi hingga tim forensik turun ke lapangan," jelas Ajun komisaris polisi itu.
AKP Lufthi juga menyebut, tak menutup kemungkinan akan memanggil Kepala Desa Nggorang terkait adanya isu pemberian uang terima kasih kepada anggota Polri.
"Kami akan jadwalkan pemanggilan Pak Kades untuk klarifikasi terkait dugaan pemberian uang tersebut. Hal ini perlu kita lakukan guna meluruskan informasi liar yang sudah beredar ditengah masyarakat," sebutnya.
Terpisah, Kepala Desa Nggorang, Bonifasius Mansur menegaskan bahwa uang Rp 10 juta bukan permintaan pihak kepolisian.
Ia mengklaim bahwa hal itu berdasarkan inisiatif keluarga sendiri sebagai ucapan terima kasih dan lazim dalam budaya adat Manggarai.
"Bahwa uang hasil kumpul itu bukan untuk bayar polisi seperti yang diberitakan. Ini inisiatif keluarga besar. Namun karena berbagai alasan, hal itu tidak dilakukan," ungkapnya.**#